Sebagaimana hujan,, menenangkan jarak yang tertinggal jauh di belakang kelabu langit yang memendung. Engkau adalah rintik yang sempurna.. tepat membasahi kedekatan hatiku pada gersang yang memadang. Seumpama hujan, engkau adalah malaikat yang berkaca teduh sambil tertunduk di balik renyainya. Menyesap setiap guruh musim yang berlalu dalam dentang waktu. Sebab, hujan adalah lukisanNya yang tersempurna dalam hidupku. Memadu antara rahmat dan pelajaran murni dalam kisah-kisah hidup. Dan engkau tengah meleburkan diri pada jejak hujan yang datang disetiap tahun.
Seumpama buku, dalam dunia dongeng engkaulah dominasi ksatria hidup yang berbaris penuh dalam imajinasi. Menghidupkan setiap kata dengan abjad yang tak habis membahasakan makna. Sebab, engkau hadir seketika ketika semua jilid telah membataskan diri dengan klimaks. Sementara, sempurnamu adalah setiap kata dalam alur kisah yang tak berhenti pada akhir cerita. Engkau hidup sedalam juta masa yang tak mengenal kelabu.
Seperti kopi, Tuhan menyeduh dua sisi paling sakral dalam hidup manusia. Kebaikan dalam manisnya dan kejahatan dalam seduh pahitnya. Mereka terlebur dalam satu cangkir akal dan nafsu. Merekalah sempurna yang sebenarnya terjadi.. Bukan pada dominasi kebaikan yang tak lelah menunjuk diri untuk sempurna. Namun, mereka adalah komposisi terindah dalam hidup. Bahwa selalu ada sempurna di balik anugrah Tuhan tentang akal dan nafsu kita.
Engkau, adalah perpaduan antara hujan, buku dan kopi dalam perjalananku. Hal tersempurna yang menjadi inspirasi kearifan memaknai dalam hidupku. Engkaulah penyempurna segala yang tak kumiliki. Terima kasih, cinta...
Malang, 9 Juli 2012
Pada akhirnya, aku tetap merindukanmu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar