Nasehat Kecil Ummi..


Beberapa hari yang lalu, ummi mendudukkan kami berempat diruang multifungsi dekat mushola rumah. Hanya berempat saja, karena kakak masih ngaos di pondok. Bercerita tentang masa kecilnya yang indah, namun masa kecil kami jauh lebih indah dibanding masa-masa yang ummi lalui. Beberapa saat kemudian ummi bertanya tentang daftar impian-impian yang ingin kami capai. Kami berebut ingin menjawab. Dimulai dari yang paling kecil hingga mimpi yang paling besar sekalian. Lalu, tiba giliran saya menjawab. "Qory pengen sekali bisa lulus S2 di UGM. Setelah itu pengen menjadi anak kebanggaan ummi dan abi" ucapku saat itu. Ummi tersenyum tulus sambil membaca surah al-fatihah sebanyak 3x. 

"Bismillah, ummi cuma lulusan SD yang nggak tahu apapun nduk. Yang ummi tahu cuma mendoakanmu sebanyak mungkin. Ummi ndak bisa ngasi apa-apa kecuali doa." begitulah yang ummi ucapkan dalam logat bahasa madura.


"Semoga Qory diterima kuliah S2 di UGM ya.. Pesen ummi, belajarlah dengan ikhlas. Mintalah semua yang kamu pengeni cuma ke Allah swt saja. Manusia nggak ada yang mampu ngasi sebaik pemberian Allah swt.. Mintalah agar semuanya dipermudah oleh Allah." masih dalam bahasa madura ummi menasehati saya. Tanpa jeda hati saya mengamini doa dan nasehat singkat ummi khusus untuk saya. 


Nasehat-nasehat seperti itu selalu menjadi motivasi kami untuk menghargai kehidupan ini. Allah tak serta merta hanya menitipkan kami dalam rahim ummi, ada ribuan alasan tak logis mengapa ummi kami dan juga ummi-ummi sedunia ini mencurahkan kasih sayang tanpa batas dan jeda. Setiap waktu, airmata ummi dan kasih sayangnya adalah harga mati untuk kami. Sesuatu yang tak mampu kami tukar dengan apapun di dunia ini selama kami hidup seribu tahunpun. 


Nasehat ummi, akan saya laksanakan sebaik mungkin. Hanya itu janji saya dalam hati. Janji bahwa saya akan membuat semuanya menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. Terima kasih Allah, telah hadiahkan ummi kepada kami. Terima kasih ummi, atas semua dan segalanya yang tanpa henti mengalir untuk kami.


Malang, 31 Juli 2012

1 komentar:

  1. Yang tidak pernah terbatas, cinta ibu pada seorang anaknya. Seandainya saja beliau adalah seorang yang kalkulatif dan transaksional, aku tdk bisa membayangkan berapa harga yang harus kubayar sebagai penggantinya..

    BalasHapus