Peluk


Sebuah mimpi di ujung senja yang membuta. Iseng membayangkanmu yang mungkin tiba-tiba hadir dipintu itu. Dengan senyum terkejut yang melesak tiba-tiba, kamu memelukku tanpa sepatah kata. Hanya menikmati jeda panjang antara jantung kita dan saling mendengarkan lantun sunyi hati kita yang saling bicara. Semenit, dua menit, jemari bergetar menghitung detak detik itu. Kamu masih terpaku dalam pelukan itu. Tiga menit, aku mulai berpikir ingin membunuh si waktu yang kejam melajukan detiknya. Sampai pada akhirnya peluk itu memberi spasi di ruang jantung kita. Kamu melepasnya, membuatku ingin mengulang waktu yang sama dengan masa yang lebih panjang. 
Lalu, senyummu terbenam dalam kabut yang mengelabu. Airmata masih menggantung di ujung, jemarimu menghangatkan beku airmata yang menggaris itu. Perlahan kamu meruangkan spasi yang lebih banyak. Menghadirkan sejuntai selamat tinggal lagi untukku. Melepaskan genggaman terakhir dari telapakku.


Tiba-tiba...
"Qorriiiiiiii... subuh, subuh, subuh" suara ummi mengembalikan jiwaku di sini lagi. Dan kamu, benar-benar pergi...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar