Memaksamu pergi...




Setelah kurasa rindu itu tak sesederhana yang ku kata sebelumnya, aku memaksamu pergi. Berhenti mengalirkan lagi hangat yang tak punya muara pasti. Meminta potongan-potonganku kau kembalikan kesini, aku tak bisa meminjami bayangku lagi. Lupa sekali kalau kau disana tengah berjuang untuk sesak yang sama, untuk rindu yang sama, dan untuk badai yang sama pula. Tak menyadari kalau kau tetap ku lihat meski dari kaca airmata. Membuntuti bayangmu yang kupaksa keluar dari hati.


Ah, egoisnya aku...
Memaksamu melewati hari yang pahitnya tak terbahasakan. Andai kau tahu, tiada yang lebih indah, tiada yang lebih rindu selain hatiku. Bila kau melukis rindu itu sebesar ini, maka rinduku jauh lebih menggetarkan dari bahasa yang selama ini ku sampaikan. Bila kau mengerti bagaimana rindu ini mencipta hampa tanpa tepi. Hatiku tengah teruji, mampukan aku melewati sisa hari tanpamu. Bilah nuraniku saat itu tengah mati, membiarkanmu melewati rinai hujan yang membekukan tanpa ku sedia apapun. 


"Bosankah, kau"....
Itu tanya yang menghujam, membuatku terdiam dan menyadari, jauh sekali aku mendaki langit ini. Tak ada yang membuatku bisa bertahan sampai detik ini, daripada menunggu waktu terus melaju. Merasakan detik seperti ribuan palung yang menenggelamkan. Tak ada yang bisa ku sampai setelah itu. Semoga kau tak tahu, airmata ini cukup memberitahu. Kalau aku ingin sekali waktu kembali seperti yang lalu.



Malang, 27012012. 04.45 wib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar