Tersenyum...




Ingin sekali, menikmati secangkir kopi bersamamu di sore hari. Sambil menatap bagaimana matahari melambai selamat tinggal dijemput senja di ufuk samudra. Merasakan hela nafasmu yang melega tersapu rindu. Lalu, di sela-sela bayang jingga kau tersenyum. Senyum hadiah untuk hatiku yang akhirnya melepas dari sesak yang tak tahu waktu.
Sesekali, ingin sekali aku menyapamu di waktu yang berbeda, obrolan yang berbeda, namun di moccacinno yang sama. Menikmati aliran darah yang tiba-tiba menghangat dan menyesapkan manis kopi di jiwa. Pahit itu terurai akhirnya, menggantikan sensasi getir yang terasa di secangkir kopi panas. Lalu, mengobrol tentang senyum yang saat ini kita cipta. Senyum dan tawa yang menghabiskan serumpun putus asa yang kita kira tak bisa terlerai. Bercerita tentang perjalanan jauhmu disana, lalu aku sesekali menertawakan kisah bodoh yang tiba-tiba kau bangun dalam topic hangat itu.
Menyenangkan sekali, bila waktu itu hadir apa adanya. Tanpa ada jeda panjang maupun detik yang tergesa-gesa. Biar saja waktu mengalir seperti biasa, menikmati perjalanan detiknya dengan bangga. Mereka takkan kita gugat karena terlalu lamban berjalan atau terlalu cepat menghentikan peristiwa. Bila waktu itu hadir, biar saja semua berkata seperti biasa. Anggaplah semua rindu dan airmata yang kadang menjejak di hati itu terkelupas oleh perjalanan waktu yang tak pernah berubah.
Membahagiakan sekali, menggenggam waktu sebosan ini bersamamu. Ada yang selalu kutunggu di setiap sepi yang menyita cerita harianku. Ada yang ku nanti sembari mengetik dan mengedit halaman-demi halaman perjalanan kenangan itu. Dan selalu ada yang kuharapkan ketika ceritamu terlewat waktu begitu saja.

Ada rasa terharu, kadang sedih, dan terkadang menyebalkan dan menggelikan ketika kau bermain bebas di layar imajiku. Ada penyesalan yang kadang menjadi tak terkendali lalu berubah menjadi sepaket sabar yang harus ku kemas dalam permintaan maaf padamu. Dan itu adalah dinamika yang tiba-tiba membuih dalam hidupku. Sebagaimana kopi yang terbayang kuminum bersamamu di senja yang berkala itu. Namun, terima kasih yang tak pernah bisa ku ucap sebesar bahagia yang kau beri adalah proyek besar dalam hidupku. Ada yang harus ku berikan padamu atas pelangi di usai hujan yang kau beri ini. Semoga esok, tak seperti prediksiku yang lalu. Kau harus berlalu dengan indah dari perjalanan kita ini.

Malang, 22 Januari 2012. 5.27 wib.
"^_^" mencari bahagia itu tak sulit...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar