Pernikahan Itu...



Hmmm,,,
Tidak bisa membayangkan bagaimana pernikahanmu, kak. Pernikahan pertama di keluarga kita yang konon katanya orang kompak kayak perompak, hehehe. Kompak berantemnya, kompak doyan makannya, kompak suka ngerjain orang, dan kompak berbakti sama Ummi dan Abi. Kemarin, Ummi bilang kalau aku yang bertugas menenangkan hatimu di kala gelisah mendera sebelum akad nanti. Tapi, kulihat ketegaranmu menyapu segalanya, bahkan badai yang belum datang pun seperti takut menghadapi senyummu. Meskipun terkadang airmata dan cinta yang tak tersampaikan sempat melukaimu dan membuatmu mundur beberapa langkah. Aku tak bisa membayangkan bagaimana kau akan melalui detik-detik sakral itu nanti. Beludak bahagia semoga memberi stok yang cukup hingga akhir hayatmu, kak.
Sebenarnya, aku ingin sekali melihatmu dari dekat nantinya. Ingin merekam dengan detail bagaimana cincin penuh doa itu melingkari jemarimu. Ingin menatap bagaimana hatimu bicara lewat airmata bahagia. Dan selalu ingin tahu bagaimana Abi perlahan melepas tanganmu untuknya, mempercayai dia untuk menjagamu. Tak bisa kubayangkan angan-angan yang kadang lepas kendali menggambarkan bahagia itu esok hari.
Aku hampir ingin menangis ketika tahu-tahu kita sudah sedewasa ini. Tanpa terasa waktu melaju menggilas yang pernah terjadi. Doa-doa Ummi dan Abi pun kini berganti. Beliau tak lagi memohon agar kita tak nakal dan saling mencubit seperti dulu lagi. Doa mereka kini memanjat untuk hidup kita di bahtera nanti. 
Betapa indahnya membayangkan tatkala Ummi tersenyum untuk putri kecilnya yang akan memenuhi setengah Dien-Nya. Betapa harunya membayangkan Abi membisikkan pesan kecil di telingamu, seperti membisikkan adzan ketika dulu kau hadir di dunia ini, kak. Dan aku, entah pesan apa yang ingin ku sampai padamu di waktu sedekat itu. 
Pernikahan itu,,, takkan semudah yang kau gambarkan, kak. Bahtera yang kau kendali harus kuat menahan badai yang mengguncang nantinya. Aku sangat tidak ingin melihatmu hanyut terbawa arus esok nanti. Ada berjuta-juta pesan yang sebenarnya ingin ku genggamkan di telapakmu. Pesan agar kau wajib bahagia, apapun yang terjadi nantinya. 
Pernikahan itu, kak.
Nanti, aku akan memaknainya sebagaimana kau memberinya arti. Bakti pada Ummi dan Abi serta Ridha Ilahi...


Malang, 28012012. 15.45 wib
"Membayangkan pernikahanmu nanti..."

2 komentar:

  1. Terharu Ria membacanya..
    Jadi inget Ibu dulu..yg menangis waktu adiknya ibu menikah. Humm..mungkin begitu perasaannya...

    BalasHapus
  2. Rie.. postinganmu ga dibedakan menurut label??? mana puisi, mana opini.. mana curhat...

    BalasHapus